MENILIK POTENSI KOPI DI DESA SEKARBANYU

MENILIK POTENSI KOPI DI DESA SEKARBANYU
Oleh : Firdaus
(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang)


Minum kopi sudah menjadi budaya lokal Indonesia. Dari warung kopi, hingga coffeshop. Buah dengan nama latin Coffea ini, memiliki banyak cara penyajian. Tidak heran jika masyarakat Indonesia semakin gemar konsumsi kopi. Tak hanya sekedar minum, banyak juga anak-anak muda yang mulai belajar mengenal dan mengolah biji kopi.
Berbicara mengenai kopi di Malang, hampir semua orang pasti menyebut Kopi Dampit. Tidak diketahui secara pasti kapan pertama kali tanaman kopi masuk ke Kabupaten Malang. Namun, dilihat dari bekas bangunan yang masih tersisa, tanaman kopi di Kabupaten Malang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1800-an. Data yang  ada di Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang  menunjukkan, pada tahun 2016, total, luas areal tanaman kopi di Kabupaten Malang mencapai 14.948 hektar. Tersebar di 30 kecamatan dan menghasilkan 9.613 ton biji kopi per tahun. Salah satunya Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang menghasilkan 1.758 ton biji kopi. Semuanya, kopi yang dihasilkan adalah varietas robusta. Ada dua varietas kopi yang dikenal secara umum yaitu kopi robusta (Coffea canephora) dan kopi arabika (Coffea arabica).
Namun, sebagai daerah yang dikelilingi pegunungan, potensi kopi di Malang tidak hanya terpusat di Dampit saja. Banyak daerah yang mempunyai potensi kopi pilihan. Salah satunya adalah Desa Sekarbanyu. Terletak di dataran tinggi, hasil perkebunan banyak menjadi mata pencaharian warga Desa Sekarbanyu, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Salah satunya dari hasil kebun kopi. Letak geografis yang berada di antara lereng Gunung Semeru dan laut pantai selatan membuat daerah itu cocok untuk dijadikan sentra kebun kopi dengan aroma dan cita rasa yang khas.
Tidak seperti Dampit yang mempunyai sentra perkebunan kopi, tanaman kopi di desa ini tumbuh di kebun-kebun milik penduduk. Perkebunan kopi milik penduduk Desa Sekarbanyu diolah secara tradisional. Penduduk yang memiliki kebun kopi mengolah tanaman mereka secara alami. Proses pasca panen kopi di Desa Sekarbanyu dimulai dari pemetikan buah kopi (cherry kopi). Buah kopi dipetik jika sudah matang berwarna merah (petik merah). Selanjutnya masuk proses pengeringan. Biji kopi yang sudah dipanen kemudian dikeringkan secara alami. Dijemur di depan rumah sampai kering untuk kemudian dipisahkan kulit buahnya dan menjadi biji kopi siap sangrai (roasting).
Mayoritas penduduk di Desa Sekarbanyu lebih memilih untuk menjualnya ke pengepul kopi. Hal ini dikarenakan, sedikitnya warga yang memilik alat (seperti, oven kopi) untuk mengolah hasil panen kopinya sendiri. Alhasil, kebanyakan kopi yang dihasilkan dijual secara regular di pasaran atau kepada tengkulak di Dampit. Jadi, kopi di Dampit, tidak 100% dihasilkan oleh daerah Dampit saja, namun sebagian besar kopinya membeli dari petani kopi di daerah sekitar Dampit, seperti Desa Sekarbanyu ini. Setelah terkumpul di Dampit, kopi akan dikirim ke pabrik kopi kemasan yaitu Kapal Api. Selain itu, kopi dari Desa Sekarbanyu juga dijual ke agen maupun di impor sampai ke Cina. Sudah saatnya pemerintah daerah setempat bisa lebih mengoptimalkan potensi kopi di Desa Sekarbanyu, sehingga bisa menjadi sebuah komoditas unggulan bagi desa ini. Sekaligus bisa memberikan kesejahteraan bagi petani dan pemilik kebun kopi. Kopi Sekarbanyu bisa diangkat menjadi kopi yang mempunyai nilai dagang lebih seperti halnya kopi Dampit, memiliki branding kedaerahan/merk kopi sendiri, dan tidak hanya dijual ke pengepul di Dampit.

Komentar